BLITARHARIINI.COM – Kelangkaan gas elpiji 3 kg subsidi di Blitar diduga karena disalahgunakan oleh oknum peternak ayam pedaging atau ayam potong.
Penggunaan Subsidi elpiji 3 kilogram oleh peternak ayam, yang menghabiskan jumlah tabung sangat besar (hingga ratusan tabung per kandang dalam waktu singkat), menyebabkan ketersediaan subsidi elpiji menurun drastis.
Padahal elpiji ini seharusnya diperuntukkan bagi kebutuhan rumah tangga masyarakat miskin dan menengah ke bawah.
Akibatnya, warga biasa mengalami kesulitan mendapatkan subsidi elpiji untuk keperluan sehari-hari.
Salah satu peternak ayam pedaging berinisial S mengatakan pihaknya sangat mudah untuk mendapatkan gas elpiji subsidi 3 kilogram untuk ternaknya.
Ia merinci kebutuhan untuk satu kandang peternakan dengan kapasitas 15.000 hingga 20.000 ekor ayam membutuhkan sekitar 15 pemanas dan mengonsumsi 2 tabung elpiji subsidi setiap hari.
Lebih lanjut dalam rentang waktu 14 hari, sebuah kandang bisa menghabiskan hingga 420 tabung elpiji subsidi yang sebenarnya diperuntukkan bagi kebutuhan rumah tangga.
“Sampai usia 14 hari, kebutuhan elpiji mencapai 420 tabung untuk satu kandang berkapasitas 15.000 ayam. Dan alhamdulilah sampai sekarang saya mudah mendapatkanya,” katanya.
Lebih lanjut, S menjelaskan hamper ayoritas peternak ayam selama ini mendapatkan elpiji subsidi tersebut dari pengecer yang menjadi langganan.
“Kita ada yang ngantar, biasanya malam hari kalua ngantarnya,” ucapnya.
Sebelumnya, IS warga Garum mengeluhkan bahwa pasokan gas Elpiji di tokonya sering kali kosong belakangan ini, yang menyebabkan kenaikan harga semakin parah.
“Beberapa hari ini Elpiji sulit didapat. Bahkan kemarin saja saya terpaksa membeli dengan harga Rp30 ribu per tabung,” ungkap IS.
Kondisi ini mencerminkan kegagalan sistem distribusi dan pengawasan yang menyebabkan masyarakat terpaksa membayar harga yang jauh di atas kewajaran dan di luar kendali pemerintah.