Blitar Hari ini

Ngaku Dekengan Pusat, Beky Herdihansah Berhasil Merosotkan Prestasi Blitar di Porprov Jatim

Ngaku Dekengan Pusat, Beky Herdihansah Berhasil Merosotkan Prestasi Blitar di Porprov Jatim

BLTARHARIINI.COM – Wakil Bupati Blitar sekaligus Ketua KONI Kabupaten Blitar, Beky Herdihansah, kembali menorehkan catatan memalukan dengan gagal memenuhi janji-janjinya kepada masyarakat.

Dekengan Pusat dalam Prestasi Blitar

Beky yang kerap mengklaim diri sebagai “Dekengan Pusat” ini ternyata tak mampu membawa Blitar meraih posisi 5 besar dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur 2025.

Alih-alih mewujudkan target awal, ia malah terpaksa merendahkan ekspektasi dengan mengubah target menjadi 7 besar, sebuah pengakuan kekalahan sebelum pertandingan usai.

Fakta yang lebih menyakitkan terungkap dari data resmi kontingen. Kabupaten Blitar hanya mampu mengoleksi 19 medali emas, 22 perak, dan 43 perunggu.

Hasil mengenaskan ini tidak hanya menempatkan Blitar jauh dari 10 besar, tetapi juga menunjukkan kemunduran drastis dibandingkan prestasi Porprov edisi sebelumnya dimana Blitar mampu meraih 27 emas dan bertengger di posisi 8 besar.

Padahal sebelumnya, Beky dengan bangga menjanjikan kejayaan olahraga Blitar. Namun ketika dihadapkan pada realita, dengan mudahnya ia berkelit.

“Targetnya 7 besar. Ini kita bina bukan dari awal, jadi waktunya pendek sekali,” ujarnya saat melepas kontingen di Pendopo Sasana Adi Praja, Sabtu (21/6/2025). Pernyataan ini justru mengungkap ketidakprofesionalannya sebagai ketua KONI.

Ironisnya, anggaran hibah untuk KONI tahun ini justru melonjak signifikan. KONI Kabupaten Blitar menerima kucuran dana sebesar Rp2,7 miliar dari APBD, naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang hanya Rp1,3 miliar.

Namun peningkatan anggaran fantastis ini sama sekali tidak berbanding lurus dengan prestasi. Alih-alih menghasilkan atlet berprestasi, yang terjadi justru pemborosan dana besar-besaran dengan hasil yang semakin mengecewakan.

Fakta ini mempertanyakan akuntabilitas pengelolaan dana di bawah kepemimpinan Beky. Sebagai Ketua KONI, seharusnya ia mampu memanfaatkan anggaran yang membengkak ini untuk program pembinaan yang lebih serius. Namun yang terjadi justru penurunan prestasi di tengah limpahan dana.

Kini, Beky harus bertanggung jawab penuh atas kegagalan ini atau mundur dari jabatan Ketua KONI dan memberi kesempatan kepada figur yang lebih kompeten.

Masyarakat Blitar sudah lelah dengan janji-janji kosong, sementara prestasi olahraga daerahnya semakin terpuruk di tengah anggaran yang terus membengkak.

Pertanyaan besar kini menggantung: Akankah ada pertanggungjawaban nyata atas kegagalan ini? Atau justru akan muncul lagi dalih-dalih baru untuk menutupi ketidakmampuan?

Exit mobile version