Scroll untuk baca artikel
Blitar Hari ini

Sukarni: Dalang Asal Blitar di Balik Peristiwa Rengasdengklok, Penentu Arah Proklamasi

×

Sukarni: Dalang Asal Blitar di Balik Peristiwa Rengasdengklok, Penentu Arah Proklamasi

Sebarkan artikel ini
Sukarni: Dalang Asal Blitar di Balik Peristiwa Rengasdengklok, Penentu Arah Proklamasi

BLITARHARIII.COM – Peristiwa Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 menjadi salah satu momen krusial dalam sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Di balik “penculikan” Soekarno dan Hatta tersebut, terdapat sosok Sukarni Kartodiwirjo, seorang pemuda Blitar yang berani mengambil inisiatif demi kemerdekaan bangsa.

Sukarni lebih dikenal sebagai otak di balik penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok.

Aksi ini bukanlah tindakan sembrono, melainkan upaya strategis untuk meyakinkan pemimpin golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu “hadiah” dari penjajah Jepang.

Golongan muda, yang diwakili Sukarni dan kawan-kawan, melihat momentum kemerdekaan harus direbut, bukan diberikan.

Tak hanya itu, peran Sukarni juga sangat menentukan dalam perumusan teks proklamasi. Ia adalah tokoh yang bersikeras agar hanya nama Soekarno-Hatta saja yang dicantumkan dalam teks proklamasi, sebuah keputusan yang kemudian menjadi ikonik dan mengukuhkan dwitunggal proklamator.

Keberanian dan ketegasannya dalam menghadapi situasi genting menunjukkan karakter Sukarni sebagai seorang revolusioner sejati.

Lahir di Blitar pada 14 Juli 1916, Sukarni telah merintis perjuangannya sejak muda, bahkan saat masih bersekolah di MULO Blitar dengan bergabung pada Partai Indonesia (Partindo).

Pengalaman panjang dalam pergerakan kemerdekaan inilah yang membentuk visi dan keberaniannya dalam mengambil keputusan-keputusan penting, termasuk peristiwa Rengasdengklok yang mengubah jalannya sejarah Indonesia.

Peristiwa Rengasdengklok, dengan Sukarni sebagai salah satu aktor utamanya, menjadi bukti nyata bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hasil dari perjuangan gigih dan keberanian para pemuda yang tak gentar menghadapi risiko demi cita-cita luhur bangsa.