Namun, kisah Blitar tidak berhenti di situ. Tantangan berikutnya datang dari dalam tubuh Kadipaten sendiri. Patih Kadipaten yang bernama Ki Sengguruh Kinareja melakukan pemberontakan dan sukses merebut tahta dari Ariyo Blitar I yang dalam pertempuran tersebut meninggal dunia.
Ki Sengguruh kemudian memimpin dengan gelar Adipati Ariyo Blitar II dan berniat menikahi Dewi Rayung Wulan, istri pendahulunya.
Namun, tindakan ini memicu kemarahan Djoko Kandung sebagai anak kandung Ariyo Blitar I. Djoko Kandung pun menggembleng kekuatan untuk menggulingkan kekuasaan Sengguruh.
Setelah melakukan perlawanan, dia berhasil mengambil alih pemerintahan dan mendapat gelar Adipati Ariyo Blitar III.
Meski demikian, dalam catatan sejarah Djoko Kandung tidak pernah secara resmi menerima tahta tersebut sebagai pengakuan formal, meski secara faktual dirinya tetap menjadi pemimpin yang memimpin masyarakat di Kadipaten Blitar.
Kisah ini mencerminkan perjuangan, pengkhianatan, dan dinamika politik yang mewarnai sejarah awal berdirinya Blitar.