Bahkan, Sungai Brantas juga melekat erat dalam cerita legenda Kerajaan Medang, di mana Raja Airlangga menggunakan aliran sungai untuk membagi wilayah kerajaan secara adil menjadi dua bagian: Kerajaan Jenggala di timur dan Kerajaan Kediri di barat.

Sungai Brantas telah menjadi saksi bisu pergantian kerajaan dan peradaban mulai dari Kerajaan Mataram hingga Kerajaan Majapahit.

Salah satu bukti penting adalah Prasasti Canggu pada masa Hayam Wuruk yang mengatur hak istimewa penjaga tempat penyeberangan di sepanjang sungai yang sangat dihormati pada zamannya.

Namun perjalanan Sungai Brantas saat ini sedikit berbeda. Dahulu sungai ini bisa dilayari oleh perahu sebagai jalur transportasi vital, kini debit air yang terus berkurang dan pendangkalan membuatnya tidak bisa lagi dilayari seperti dulu.

Fungsi utama Sungai Brantas bertransformasi menjadi sumber utama irigasi pertanian dan penyedia bahan baku air minum bagi masyarakat sekitar.

Untuk mendukung kebutuhan air dan irigasi, sejumlah bendungan besar dibangun di sepanjang sungai ini, termasuk Bendungan Sengguruh, Bendungan Sutami, Bendungan Selorejo, dan lainnya.