BLTARHARIINI.COM – Jenang lamaran atau jenang lengket merupakan bagian tak terpisahkan dari tradisi lamaran masyarakat Jawa Timur.
Di balik kelezatan rasanya, jenang menyimpan makna filosofis mendalam. Jenang dipercaya bisa mempererat hubungan kedua calon pengantin, menjadi simbol komitmen yang serius antara dua keluarga.
Menurut budaya setempat, jenang yang lengket melambangkan harapan agar pasangan yang akan menikah selalu bersatu dan saling menjaga kebersamaan dalam kehidupan rumah tangga.
Keharusan menyajikan jenang dalam prosesi lamaran menunjukkan betapa pentingnya nilai kebersamaan dan keseriusan dalam menjalin hubungan.
Namun, perkembangan zaman membuat jenang tidak lagi eksklusif sebagai sajian prosesi adat. Masyarakat Jawa Timur kini semakin sering mengonsumsi jenang dalam keseharian, terutama sebagai teman santai saat minum teh. Bahkan jenang mulai menjadi buah tangan khas yang dicari wisatawan dan warga luar daerah.
Fenomena ini mencerminkan bagaimana warisan budaya bisa bertransformasi mengikuti kebutuhan modern tanpa kehilangan nilai historis dan filosofinya.
Jenang lamaran tetap menjadi simbol identitas sekaligus menjadi produk yang mampu mendukung perekonomian lokal.
Kultur jenang juga diperkaya dengan adanya tempat produksi dan edukasi seperti Omah Jenang Kelapa Sari di Blitar, yang tidak hanya memproduksi jenang untuk konsumsi dan oleh-oleh, tetapi juga mendidik publik mengenai filosofi dan teknik pembuatannya.
Tradisi yang hidup dan beradaptasi inilah yang menjadikan jenang lamaran lebih dari sekadar makanan, tetapi juga sebagai media pengikat budaya, sosial, dan ekonomi di Jawa Timur.