BLITARHARIINI.COM – Kinerja buruk Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Blitar di bawah kepemimpinan Ketua KONI sekaligus Wakil Bupati Blitar Beky Herdihansah menjadi aib besar bagi dunia olahraga daerah.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perhatian tertuju pada kinerja KONI Blitar, terutama terkait dengan pengelolaan anggaran dan prestasi atlet. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas pembinaan olahraga di daerah, KONI Blitar seharusnya dapat memaksimalkan potensi dan sumber daya yang ada untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Dalam evaluasi kinerja KONI, penting untuk melihat bagaimana mereka mengelola sumber daya yang ada, termasuk fasilitas latihan, pelatihan atlet, dan dukungan psikologis yang diperlukan untuk mencapai prestasi. Banyak atlet yang merasa kurang mendapatkan perhatian yang cukup dari pengurus, yang berdampak pada motivasi dan semangat bertanding mereka.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi penurunan prestasi kontingen Blitar, termasuk kurangnya pelatihan yang tepat dan sambutan yang baik dari masyarakat terhadap olahraga. Kontribusi masyarakat, baik dalam bentuk dukungan moral maupun finansial, sangat penting untuk membantu atlet merasa dihargai dan didorong untuk berprestasi lebih baik lagi.
Dengan jumlah dana yang besar, seharusnya KONI Blitar dapat menyusun program latihan yang lebih terstruktur dan mendukung pengembangan prestasi atlet. Misalnya, mendatangkan pelatih profesional dari luar daerah atau mengadakan kompetisi persahabatan dengan daerah lain untuk mengasah kemampuan atlet.
Selain itu, penting untuk melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang menghambat pencapaian target tersebut. Mengadakan forum diskusi antara pengurus KONI, atlet, dan pelatih dapat membantu menemukan solusi untuk permasalahan yang ada. Hal ini juga dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran.
Prestasi yang menurun juga bisa menjadi sinyal bagi KONI Blitar untuk mengevaluasi kembali metode pembinaan yang telah dilakukan. Melakukan survei kepada atlet mengenai kebijakan dan program yang ada dapat memberikan wawasan berharga untuk perbaikan di masa depan.
Dengan kondisi ini, dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan, termasuk dari pemerintah, untuk memberikan fasilitas yang memadai bagi atlet. Pemerintah dapat berperan aktif dalam memperbaiki infrastruktur olahraga di Kabupaten Blitar agar atlet dapat berlatih dengan lebih baik.
Lebih jauh lagi, penting bagi KONI Blitar untuk melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, seperti universitas dan lembaga pendidikan lainnya, untuk mengembangkan program latihan yang ilmiah dan berbasis data. Ini akan membantu atlet dalam menjalani program yang lebih efektif dan efisien.
Rencana jangka panjang untuk pengembangan olahraga di Blitar juga perlu disusun. Ini termasuk strategi untuk meningkatkan fasilitas, menarik sponsor, serta menggalang dukungan masyarakat terhadap olahraga. Dengan begitu, KONI Blitar tidak hanya berfokus pada pencapaian jangka pendek, tetapi juga mempersiapkan masa depan yang lebih baik bagi atlet.
Sebagai bagian dari evaluasi kinerja, KONI Blitar perlu melakukan pelaporan yang transparan dan akuntabel terkait penggunaan dana hibah. Masyarakat berhak mengetahui bagaimana anggaran tersebut digunakan dan apakah telah memberikan dampak positif bagi prestasi atlet.
Dengan adanya evaluasi yang objektif dan komprehensif, diharapkan KONI Blitar dapat meningkatkan kinerjanya di masa mendatang. Perbaikan ini sangat penting agar prestasi atlet dapat kembali ke jalur yang benar dan mengharumkan nama Kabupaten Blitar di tingkat provinsi maupun nasional.
Lebih dari itu, penting juga bagi KONI Blitar untuk memperhatikan kesejahteraan atlet. Program-program yang mendukung pengembangan karir pasca olahragawan harus dipikirkan, agar atlet tidak hanya dipandang sebagai sumber prestasi tetapi juga sebagai individu yang memiliki masa depan.
Pengelolaan dana yang baik juga mencakup penggunaan dana untuk kebutuhan mendesak seperti kesehatan dan pendidikan atlet. KONI Blitar seharusnya dapat memberikan jaminan kesehatan bagi atlet serta dukungan pendidikan untuk mereka yang masih bersekolah.
Dalam konteks ini, pembinaan harus dilakukan secara berkelanjutan, bukan hanya menjelang kompetisi besar. KONI Blitar perlu memiliki program yang terintegrasi dan konsisten sepanjang tahun agar atlet memiliki waktu yang cukup untuk berlatih dan berkompetisi.
Evaluasi yang dilakukan oleh DPRD Blitar harus menjadi momentum bagi KONI untuk berbenah. Ini adalah kesempatan untuk melakukan introspeksi dan mencari solusi atas masalah yang ada. Semua pihak harus bersinergi agar prestasi KONI Blitar dapat meningkat di masa mendatang.
Upaya membangun motivasi atlet juga perlu dilakukan melalui penghargaan dan pengakuan atas prestasi yang diraih. Hal ini bisa menjadi penyemangat bagi atlet untuk lebih giat berlatih dan berprestasi.
Akhirnya, dengan kolaborasi yang baik antara semua pihak, KONI Blitar diharapkan dapat menjadi lembaga yang mampu membawa perubahan positif dalam dunia olahraga di Kabupaten Blitar. Dengan manajemen yang baik dan pengelolaan sumber daya yang efektif, bukan tidak mungkin prestasi kontingen Blitar akan kembali bersinar.
Evaluasi Kinerja KONI Blitar
Kontingen Blitar terjun bebas ke posisi ke-14 dalam Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) IX Jawa Timur 2025, padahal anggaran APBD yang digelontorkan mencapai Rp2,7 miliar rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Ironisnya, dana besar itu justru berbanding terbalik dengan prestasi yang lebih buruk dibanding tahun sebelumnya.
Beky Herdihansah sebelumnya dengan percaya diri menargetkan Blitar masuk 7 besar Porprov 2025 dan bahkan berambisi meraih 3 besar pada 2027.
Kenyataannya sungguh memalukan: kontingen Blitar hanya mampu mengumpulkan 19 emas (turun drastis dari 27 emas tahun sebelumnya), 22 perak, dan 43 perunggu.
Kabupaten tetangga seperti Jombang, Mojokerto, dan Kediri justru lebih unggul, padahal tahun lalu Blitar masih bisa bertengger di posisi 8.
Wakil Ketua DPRD Blitar Muhammad Rifa’i tidak bisa menyembunyikan kegeramannya terhadap kinerja amburadul KONI Blitar.
Dengan tegas ia menyatakan target 7 besar telah meleset jauh sebagai bukti kegagalan total
Rifa’i menegaskan alasan kepengurusan baru hanya menjadi dalih belaka, sebab KONI bukan lembaga baru yang harus mulai dari nol.
Seharusnya minimal bisa mempertahankan prestasi tahun sebelumnya, bukan malah merosot tajam.
Fakta paling memalukan terungkap dari laporan keuangan. Dana hibah APBD untuk KONI Blitar melonjak 107% dari Rp1,3 miliar pada tahun sebelumnya menjadi Rp2,7 miliar di 2025.
Sebesar Rp1,6 miliar dikucurkan khusus untuk persiapan Porprov, sisanya untuk pembinaan dan operasional.
Namun nyatanya, prestasi justru anjlok. Rifa’i dengan tegas mempertanyakan kemana larinya uang rakyat itu dan menyatakan legislatif akan melakukan evaluasi keras terhadap penggunaan dana ini.
Kepala Dispora Blitar Anindya Putra Robertus terlihat berusaha mencari kambing hitam dengan alasan klasik.
“Persiapan hanya satu bulan dan kepengurusan KONI baru dalam masa transisi,” katanya.
Padahal, atlet yang seharusnya sudah dibina bertahun-tahun tetap harus menunjukkan kompetitivitasnya.
Oleh karena itu, perhatian harus diberikan kepada masalah ini agar ke depannya KONI Blitar bisa meningkatkan kinerjanya dan kembali berprestasi di tingkat nasional. Dengan dukungan yang tepat, KONI Blitar dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam pengelolaan olahraga yang baik.